A.
Pengertian Tahfidz
Al-Qur’an
Tahfidz Al-Qur’an
terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan Al-Qur’an. Kata tahfidz merupakan
bentuk masdar ghoir mim dari kata حَفَّظَ – يُحَفِّظُ - تَحْفِيْظًا yang mempunyai arti menghafalkan.
Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau menghafal adalah
proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun
jika sering diulang, pasti menjadi hafal.
Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara
etimologi bentuknya isim masdar, diambil dari kata قَرَأَ-يَقْرَأُ-قِرَاءَةً وَقُرْأَنًأ yang
merupakan sinonim dengan kata قِرَاءَة, sesuai dengan wajan فُعْلَانٌ sebagaimana
kata غُفْرَان dan kata شُكْرَان
mengandung arti yaitu bacaan atau kumpulan. Sebagaimana
firman Allah SWT. Dalam surat Al-Qiyamah ayat 17 dan 18:
إِنّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿١٧﴾ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ
فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿١٨﴾
Artinya:”Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.(17) Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”. (18)
Sedangkan
secara terminologi Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. sebagai mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran,
yang diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya merupakan ibadah.
Setelah melihat pengertian tahfidz/menghafal
dan Al-Qur’an diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah suatu
proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan
kepada Rasulullah Saw. diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan
serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.
B.
Hukum Menghafal
Al-Qur’an
Menurut
Imam Nawawi hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardu kifayah. Termasuk
hukumnya fardu kifayah, ilmu-ilmu syara’ yang mesti diperoleh oleh seorang
muslim untuk menegakkan agamanya seperti menghafal Al-Qur’an. Yang dimaksud
dengan fardu kifayah yaitu kewajiban yang ditujukan kepada semua mukallaf
atau sebahagian dari mereka yang apabila diantara mereka (cukup sebagiannya
saja) melaksanakannya maka akan menggugurkan dosa yang lainnya (yang tidak
melaksanakan) dan apabila tidak ada seorangpun yang melaksanakan kewajiban
tersebut maka dosanya ditanggung bersama.
.
Orang
yang melaksanakan fardu kifayah itu mempunyai kelebihan tersendiri dari pada
orang yang melaksanakan fardu ‘ain, karena dia menggugurkan dosa umat yang
tidak melaksanakan. Imam Haramain dalam kitab Al-Giyaai mengungkapakan bahwa
fardu kifayah lebih utama dari pada fardu ‘ain dilihat dari bahwa
pelakunya itu menutupi dan menggugurkan dosa umat islam yang lainnya sedangkan
fardu ain hanya untuk dirinya sendiri.
C.
Kiat-kiat Dalam
Menghafal Al-Qur’an
10 kiat-kiat dalam menghafal
Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
1.
Mempunyai niat yang benar dan
ikhlas karena mengharapkan ridho Allah dalam menghafal Al-Qur’an itu, dalam artian menghafal Al-Qur’an
itu bukan karena ingin mencari popularitas/ingin terkenal atau ingin dipuji
orang bahwa dia hafal Al-Qur’an. Apabila seseorang mempunyai keinginan untuk
menghafal Al-Qur’an disertai dengan niat yang benar dan ikhlas maka niscaya
Allah akan mem berikan pintu kemudahan baginya dalam menghafal.
Seseorang yang
menghafal al-Qur’an karena riya/ingin dilihat orang lain maka tidak ada pahala
baginya bahkan dia tidak akan pernah mencium baunya syurga. Sebagaimana hadits
Nabi Saw yang berbunyi:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يَبْتَغِيْ بِهِ وَجْهَ
اللهِ لاَيَتَعَلَّمَهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ
عَرَقَ الَجنَّةِ يَوْمَ القِيَامَةِ يَعِي رِيْحَهَا (صحيح الجامع 6159)
Artinya;”
Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu karena mengharapkan kepentingan dunia
bukan ikhlas karena mengharapkan ridho dari Allah mka niscaya dia tidak
akan pernah menemukan baunya syurga pada hari kiamat.”
2.
Senantiasa berdoa dan bermunajat
kepada Allah untuk supaya diberikan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Tidak
ada seorangpun yang memberikan kekuatan dan kemudahan untuk mengahafal
Al-Qur’an kecuali Allah. Ibnu Abbas pernah berkata:” kalau lah tidak Allah
berikan kekuatan kepada manusia untuk dapat membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
niscaya manusia tidak akan mampu untuk membaca dan menghafalnya”. Dan ini
sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا القُرْانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِر )القمر : ١٧)
Artinya: “Sesungguhnya kami telah meةberikan kemudahan Al-Qur’an ini untuk diingat,
apakah kamu akan senantiasa mengingatnya.”
Dengan demikian, sudah selayaknya
manusia selalu bermohon/berdo’a kepada Allah yang memberikan kemudahan ketika
hendak menghafal Al-Qur’an dengan penuh kekhusuan dan rasa rendah diri pada
waktu-waktu yang mustajab/diijabah do’a seperti tengah malam disaat
manusia terlelap tidur. Do’a tersebut dipanjatkan setelah melaksanakan shalat
malam/ shalat tahajjud boleh menggunakan bahasa sendiri atau bahasa arab
seperti do’a berikut ini:
اللَّهُمَّ
عَلِّمْنَا مِنَ القُرْاَنِ مَاجَهِلْنَا وَذَكِّرْنَا مِنْهُ مَانَسِيْنَا. الَّلهُمَّ
يَسِّرْلَنَا حِفْظَ كِتَابِكَ وَالْعَمَلَ بِهِ. أَسْأَلُكَ يَااللهُ يَارَحْمَن
بِجَلاَلِكَ وَنُوْرِ وَجْهِكَ اَنْ تُلْزِمَ قَلْبِي حِفْظَ
كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِيْ وَارْزُقْنِي اَنْ اَتْلُوَهُ عَلىَ النَّحْوِ الَّذِيْ
يُرْضِيْكَ عَنِّي.
3.
Perbanyak istigfar/minta ampunan
kepada Allah dari segala dosa yang telah diperbuat dan jauhilah
perbuatan-perbuatan maksiat, karena inilah yang dapat menhambat seseorang dalam
menghafal Al-Qur’an.
4.
Sabar dan mempunyai keinginan
yang kuat untuk menghafal Al-Qur’an. Pada mulanya menghafal Al-Qur’an itu
nampak sulit dan malas rasanya untuk melakukannya itu karena itulah tipu daya
syaitan yang selalu berusaha menggoda manusia untuk menghidari dari perbuatan
baik termasuk menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, dianjurkan bagi kita supaya
terhindar dari sifat malas maka hendaklah membiasakan doa Nabi Saw sebagai
berikut:
اللَّهُمَّ
اِنِّي اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ
وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الجُبْنِ وَالبُخْلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ
وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Karena
menghafal Al-Qur’an ini banyak godaan dan gangguan, maka dibutuhkan kesabaran
untuk senantiasa rutin dalam menghafal. Insyaallah kalau kita sabar Allah akan
senantiasa memberikan kemudahan pada kita.
5.
Meluangkan waktu untuk menghafal
Al-Qur’an. Sempatkan waktu untuk menghafal dan jadwalkan hari dan jam sekian
saya wajib ngafal jangn digunakan untuk hal yang lain supaya pikiran kita
terpusat pada satu titik yaitu menghafal Al-Qur’an.
6.
Tidak menyibukkan diri dari
hal-hal yang sifatnya duniawi, dalam artian bukan berarti harus meniggalkannya
tetapi jangan terlalu jadi perhatian kita.
7.
Buatlah jadwal harian untuk
menambah hafalan dan mengulangnya.
8.
Dianjurkan menghafal Al-Qur’an
itu pada waktu-waktu yang banyak keutamaannya atau dalam shalat-shalat sunnah
seperti pada malam hari dan setelah shubuh. Bukan berarti pada waktu-waktu lain tidak boleh
akan tetapi alangkah lebih baiknya pada waktu-waktu tersebut.
9.
Ketika menghafal ini hendaklah
suaranya dikeraskan, jangan sampai membacanya dalam hati atau pelan-pelan. Karena,
itu akan menambah kekuatan hafalan.
10.
Membacanya dengan bacaan tartil,
jangan tergesa-gesa. Hal itu juga dapat mempengaruhi kuatnya hafalan, semakin
dia cepat membacanya semakin cepat juga dia lupa tetapi kalau dia membacanya
dengan tartil maka hafalannya itu akan sulit untuk hilangnya.
D.
Metode Menghafal
Al-Qur’an
Terlebih dahulu kamu membaca ayat
yang ingin dihafal, kemudian membacanya sendiri berulang-ulang sambil melihat mushaf
Al-Qur’an. setelah itu, kemudian kamu dapat memilih cara/metode menghafal
berikut ini:
1.
Metode tasalsuli
(menghafal secara berantai), yaitu menghafal satu halaman Al-Qur’an dengan cara
menghafal satu ayat sampai hafal dengan lancar, kemudian pindah ke ayat kedua
sampai benar-benar lancar, setalah itu, gabungkan ayat 1 dengan ayat 2 tanpa
melihat mushaf. Jangan berpindah ke ayat selanjutnya kecuali ayat sebelumnya
lancar, begitu juga seterusnya ayat ketiga sampai satu halaman, kemudian
gabungkan dari ayat pertama sampai terakhir . Cara ini membutuhkan kesabaran
dan sangat melelahkan karena harus banyak mengulang-ngulang setiap ayat yang
sudah hafal kemudian digabungkan dengan ayat sebelumnya sehingga menguras
banyak energi, tetapi akan menghasilkan hafalan yang benar-benar mantap.
2.
Metode jam’ii
(menghafal secara menggabungkan), yaitu menghafal satu halaman Al-Qur’an dengan
cara menghafal satu ayat sampai lancar, kemudian bepindah ke ayat kedua,
setelah ayat kedua lancar berpindah ke ayat ketiga, begitu juga seterusnya
sampai satu halaman. Kemudian setelah dapat mengahafal satu halaman,
menggabungkan hafalan dari ayat pertama sampai terakhir tanpa melihat mushaf.
Ini juga kalau mampu digabungkan satu halaman sekaligus, kalau dianggap sulit,
maka dibagi dua menjadi setengah halaman dengan melihat mushaf terlebih dahulu
dan setelah itu, membacanya tanpa melihat mushaf. Dan setengah yang kedua pun demikian,
setelah lancar, maka gabungkan setengah pertama dan setengah kedua dengan cara
dihafal.
3.
Metode muqsam
(menghafal dengan cara membagi-bagi), yaitu menghafal satu halaman Al-Qur’an
dengan cara membagi-bagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian itu menghafalnya
secara tasalsul (mengulangi dari awal), setelah tiap-tiap bagian telah sempurna
(satu halaman) dihafal, kemudian disatukan/digabungkan antara satu bagian
dengan bagian yang lainnya sampai seluruh bagian dapat digabungkan tanpa
melihat mushaf . Metode ini pertengahan
antara metode tasalsul dan jam’ii.
Metode yang ketiga ini
dianggap yang paling mudah, tidak terlalu memberatkan seperti halnya metode
tasalsuli, akan tetapi ketiga metode ini bukanlah metode yang mesti dilakukan
oleh setiap orang karena setiap metode ada kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Ini tergantung pada pribadi masing-masing mana yang dianggap
bagus dan cocok diterapkan, atau bahkan keluar dari ketiga metode diatas, maka
terapkanlah cara yang memberikan kemudahan dalam menghafal karena setiap orang
memiliki potensi menghafal yang berbeda-beda dan memiliki keluangan waktu yang
tidak sama. Tujuan dari metode itu adalah untuk mencapai hafalan yang baik.
E.
Langkah-langkah
Dalam Memulai Menghafal Al-Qur’an
Adapun
langkah-langkah menghafal Al-Qur’an itu adalah sabagai berikut:
1.
Mulailah dengan
berwudhu dengan sempurna, kemudian shalatlah 2 rakaat, janganlah sampai
melupakan kedua hal tersebut. Sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:
مَنْ
تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الوُضُوْءَ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَايَسْهُوْ فِيْهِمَا،
غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Artinya:
Rasulullah SAW. bersabda:” Barangsiapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya
(menyempurnakannya) kemudian dia shalat 2 rakaat , dia tidak pernah melupakan
keduanya maka Allah akan mengampuni dosanya yang terdahulu”
Kemudian
berdo’alah kepada Allah untuk supaya diberikan kemudahan dalam menghafal
Al-Qur’an dan ditetapkan dihatimu.
Rasulullah
SAW. bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ الوُضُوْءَ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ بِتَمَامِهَا أَعْطَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مَاسَأَلَ مُعَجِّلًا أَوْ
مُؤَخِّرًا.
Artinya:”Barangsiapa
yang berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian shalat 2 rakaat dengan sempurna
niscaya Allah kan memberikan (mengabulkan) do’anya(apa yang dia minta) dengan
segera ataupun ditangguhkan”.
2.
Memberi batasan
berapa banyak hafalan yang akan dihafal setiap hari, dan membacanya dengan
seksama. Bagi orang yang hendak mengahafal Al-Qur’an maka batasi berapa ayat
perhari yang mesti dihafal kemudian membacanya dengan seksama, jangan sampai
ada ayat yang salah sehingga hafalannya juga tidak salah. Ketika menghafal dan
mengulang- ulangnya dengan dilagamkan / dilagukan supaya tidak bosan dan
hafalan cepat masuk, sebab dengan lagu akan membuat seseorang senang untuk
mendengarkannya, dan dapat membantu hafalan. sebagaimana hadits Nabi:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالقُرْاَنِ
Artinya:”Bukan
termasuk kelompok kami orang yang tidak melagukan Al-Qur’an”.
3.
Janganlah
berpindah ke hafalan yang baru sebelum hafalan sebelumnya lancar/hafal dengan
baik.
4.
Hendaklah orang
yang menghafal Al-Qur’an menggunakan satu mushaf Al-Qur’an, jangan gonta-ganti
mushaf.
5.
Memberikan
tanda kepada bacaan yang sering salah ketika membacanya.
6.
Mengulang-ngulang
hafalan di saat kita hendak berangkat ke mesjid atau berangkat sekolah atau
pulang dari pekerjaan.
7.
Bacalah
Al-Qur’an yang sudah dihafal dalam shalat, khusunya ketika shalat sendiri.
8.
Bacalah
terlebih dahulu hafalan yang sudah dihafal 2 kali, tanpa melihat mushaf satu
kali kemudian yang kedua kalinya dengan melihat mushaf, setelah itu pindah ke
hafalan baru.
9.
Bangun malam
hari kemudian shalat sunnah, bacalah surah yang sudah dihafal.
10. Jadwalkan perminggu satu hari khusus untuk mengulang-ngulang
hafalan yang sudah hafal, kalau sekira hafalannya masih belum kuat.
11. Jadwalkan setiap bulan minimal satu hari untuk mengulang hafalan.
12. Banyaklah membaca tentang keutamaan-keutamaan membaca dan menghafal
Al-Qur’an supaya hati hati kita lebih semangat dan ikhlas dalam mengahafal
Al-Qur’an.
F.
Keutamaan-keutamaan
Menghafal Al-Qur’an
Diantara keutamaan-keutamaan dari mengahafal Al-Qur’an itu adalah
sebagai berikut:
1. Orang yang hafal Al-Qur’an itu termasuk ke dalam golongan
orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Al-Ankabut
ayat 48-49:
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ
وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا
لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ ﴿٤٨﴾ بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ
بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (العنكبوت:٤٩)
Artinya:"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al
Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan
tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar
ragulah orang yang mengingkari (mu). (48) Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada
yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim". ( 49)
2.
Hafal Al-Qur’an menjadi sumber
keselamatan dunia dan akhirat. Hadits Nabi menjelaskan:
عن أبي الدرداء رضي الله عنه أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قال : (( مَنْ حَفَظَ عَشْرَ آَيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الكَهْفِ
عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ )) . في رواية : ((من آخر سورة الكهف)
Artinya:”Dari
Abu Darda RA. sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda:”Barangsiapa yang hafal 10
ayat awal dari surat Al-Kahfi niscaya dia akan dijaga dari fitnah Dajjal”. Dalam riwayat lain: ( 10
akhir surat Al-Kahfi).
Ayat
diatas, menjelaskan bahwa orang yang hafal 10 awal atau akhir dari surat
Al-Kahfi akan diselamatkan dari fitnah yang terbesar di dunia yaitu fitnah
Dajjal. Maka jelas orang yang menghafal Al-Qur’an akan selalu dijaga dan
diselamatkan oleh Allah dari segala kejelekan-kejelakan manusia, Apalagi kalau
sampai hafal Al-Qur’an 30 juz.
Orang hafal Al-Qur’an akan selamat dari api
neraka. Sebagaimana hadits Nabi:
لَوْ جَعَلَ القُرْآَنَ فِي إِهَابٍ ثُمَّ أُلْقِيَ
فِي النَّارِ مَا احْتَرَقَ) رواه أحمد . ويقول أبو أمامة : ( اِقْرَأُوْا
القرآن وَلَا تَغَرَّنَكُمْ هَذِهِ المَصَاحِفُ المُعَلَّقَةُ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ
قَلْبًا وعى القرآن.
Artinya:”Seandainya
Al-Qur’an ini dibuat dari kulit kemudian dilemparkan (kulit tersebut) ke dalam
api neraka niscaya tidak akan terbakar”.(H.R.Ahmad) dan Abu Umamah
berkata:”Bacalah Al-Qur’an dan sungguh mushaf-mushaf Al-Qur’an yang menggantung
pada hatimu tidak akan menipumu, karena Allah tidak akan menyiksa hati yang
tersimpan di dalamnya ayat Al-Qur’an”.
3.
Orang yang
hafal Al-Qur’an itu berada di barisan paling depan/paling dahulu di dunia dan
akhirat. Sebagaimana hadits Nabi SAW. yang berbunyi:
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أن النبي صلى الله
عليه وسلم قال : ( إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أَقْوَامًا ، وَيَضَعُ
بِهِ آَخَرِيْنَ.)
Artinya:”Dari
Umar bin Khattab R A.,
sesungguhnya Nabi SAW. bersabda:”Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu
kaum dengan Al-Qur’an ini, dan merendahkan yang lainnya”.
4.
Orang yang
hafal Al-Qur’an itu memperoleh derajat tinggi di syurga. Sesuai hadits Nabi
SAW.:
عن
عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما ، قال : قال رسول الله : (( يُقَالُ
لِصَاحِبِ القُرْآَنِ اِقْرَأ وَاَرَقُّ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا
، فَإِنْ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آَخِرَ آَيَةٍ تَقْرَؤُهَا ((.
Artinya:”Dari Abdullah bin ‘Amru bin Ash RA. berkata:”Rasulullah
SAW. bersabda:”Dikatakan kepada orang yang hafal Al-Qur’an, bacalah Al-Qur’an!
lembutkanlah!, dan bacalah dengan tartil, sebagaimna kamu melakukannya ketika
di dunia, karena kedudukanmu (di akhirat) di akhir ayat yang kamu baca”.
Dalam hadits lain dijelaskan:
المَاهِرُ
بِالقُرْآَنِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ القرآنَ وَيَتَتَعْتَعُ
فِيْهِ ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ ، لَهُ أَجْرَانِ.
Artinya:”Orang yang pandai membaca Al-Qur’an bersama para malaikat
yang mulia (di syurga) dan orang yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata ketika
membacanya, dan mengalami kesulitan maka baginya dua pahala”.
5.
Al-Qur’an akan
memberikan syafaat di hari kiamat bagi orang yang membaca, menghafal dan
mengamalkannya. Sebagaimana hadits Nabi:
اِقْرَأُوْا القُرْآَنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ
القِيَامَةِ شّفِيْعاً لِأَصْحَابِهِ.
Artinya:”Bacalah
Al-Qur’an karena dia akan menjadi syafat (penolong) di hari kiamat bagi orang
yang membacanya”.
6.
Orang yang
hafal Al-Qur’an akan diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan kedua
orang tuanya dipakaikan pakaian yang tidak ada di dunia. Dalam hadits
dijelaskan:
... وَإِنَّ القُرْآَنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ القيامةِ – حِيْنَ
يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرَهُ – كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ ، فَيَقُوْلُ لَهُ : هَلْ تَعْرِفُنِي
؟ فيقول : مَا أَعْرِفُكَ . فيقول له : هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فيقول : مَا أَعْرِفُكَ . فيقول : أَنَا صَاحِبُكَ
القُرْآَنُ ، الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الهَوَاجِرِ ، وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ . وَإِنَّ
كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ ، وَإِنَّكَ اليَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ
تِجَارّةٍ . فَيُعْطِى المُلْكَ بِيَمِيْنِهِ ، واَلخُلْدَ بِشِمَالِهِ ، وَيُوْضَعُ
عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الوِقَارِ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يَقُوْمُ لَهُمَا
أَهْلُ الدُّنْيَا ، فيقولان: بمِاَ كَسَيْنَا هَذِهَ ؟ فيقال : بِأَخْذِ وَلِدِكُمَا
القُرْآن . ثم يقال له : اِقْرَأْ ، وَاصْعَدْ فِي دَرَجَةِ الجَنَّةِ وَغُرَفِهَا
، فَهُوَ فِي صُعُوْد مَا دَامَ يَقْرَأُ هَذَا كَانَ أَوْ تَرْتِيْلاً((
Artinya: … dan sesungguhnya Al-Qur’an akan menemui orang yang
membacanya pada hari kiamat – ketika itu kuburannya dicium – seperti orang yang
pucat, kemudian Al-Qur’an itu berkata kepadanya: “Apakah kamu mengenaliku?” Dia
menjawab:” Aku tidak mengenalimu”. Kemudian bertanya lagi kepadanya:” Apakah
kamu mengenaliku?”. Dia menejawab lagi:”Aku tidak mengenalimu”. Lalu Al-Qur’an
itu berkata:”Aku temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu haus pada siang hari, dan
membuatmu tidak tidur malam, dan sesungguhnya setiap pedagang di belakang
dagangannya, dan hari ini kamu berada di
belakang setiap dagangan, di berikan kerajaan di sebelah kanannya, kehidupan
kekal di sebelah kirinya, diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan
dipakaikan kedua orang tuanya pakaian yang tidak ada di dunia. Kemudian kedua
orang tuanya berkata:”Kenapa kami memakai pakaian ini?” dikatakan kepada
keduanya:” Karena anakmu yang selalu mengambil Al-Qur’an untuk dibaca, dan
dikatakan kepadanya:”Bacalah! Dan naiklah sampai kedudukan yang tinggi di
syurga, yaitu berada diatas selama kamu membacanya dengan tartil”.
7.
Orang yang
hafal Al-Qur’an menikah tanpa maskawin (maskawinnya Al-Qur’an). sebagaimana
hadits Nabi yang berbunyi:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سِعْدٍ السَّاعِدِي قَالَ : جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَتْ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِيْ. فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُوْلُ
اللهِ صلىَ الله عليه وسلَم فَصَعَدَ النَّظْرَ فِيْهَا وَصَوَّبَهُ ثُمَّ طَأْطَأَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ فَلَمَّا رَأَتِ المَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ
يَقْضِ فِيْهَا شَيْئًا جَلَسَتْ . فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ يَا
رسولَ اللهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيْهَا . قَالَ : فَهَلْ
عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَقَالَ اِذْهَبْ
إِلَى أَهْلِكَ فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ؟ فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ لاَ
وَاللهِ مَا وَجَدْتُ شَيْئًا . فَقَاَل رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اُنْظُرْ
وَلَوْ خَاتَماً مِنْ حَدِيْدٍ . فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يا
رسول الله وَلَا خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ ، وَلَكِنْ هَذاَ إِزَارِيْ [قَالَ سَهَل
: مَالَهُ رِدَاءٌ ] فَلَهَا نِصْفُهُ . فَقَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم :
وَمَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ
، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيْءٌ فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى
إِذَا طَالَ مَجْلِسَهُ قَامَ ؟ فَرَآهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُوَلِّيًا
فَأَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ فَلَمَّا جَاءَ قَالَ : مَاذَا مَعَكَ مِنَ القُرْآَنِ ؟ قَالَ : مَعِيْ
سُوْرَةُ كَذَا وَسُوْرَةُ كَذَا وَعَدَدُهَا . فقال : تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ . قَالَ : نَعَمْ.
قَالَ اِذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ )) وَفِي رِوَايَةٍ
( اِذْهَبْ فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا فَعَلِّمْهَا مِنَ القُرَآن
Artinya:”
Dari Sahal bin Sa’ad As-Saa’idi berkata:”Seorang wanita datang kepada
Rasulullah SAW. lalu dia berkata:”Ya Rasul aku datang menyerahkan diriku
kepadamu, kemudian Rasul memperhatikannya, dan menaikkan pandangannya, lalu
beliau menundukkan kepalanya, ketika wanita itu memperhatikan bahwa beliau tidak
memutuskan apa-apa, dia langsung duduk. Kemudian berdiri seorang laki-laki dari
sahabat beliau seraya berkata: apabila engkau tidak ada keinginan kepada wanita
tersebut maka nikahkanlah aku dengannya! Lalu Rasul bertanya:”Apakah kamu
mempunyai sesuatu (untuk maskawin)?”. Dia menjawab:”Demi Allah aku tidak punya
apa-apa”. Lalu beliau menyuruh untuk pergi ke keluarganya, apakah keluarganya
mempunyai sesuatu? kemudian dia pergi, tidak lam kemudian kembali dan berkata:
saya tidak menemukan apa-apa. Beliau berkata: coba lihat lagi, walaupun hanya
cincin besi? Lalu dia pergi lagi dan segera kembali seraya berkata: demi Allah
ya Rasul tidak aku ketemukan sesuatu apapun. Tetapi aku hanya punya sarung.
Sarung ini dibagi dua dengannya. Lalu beliau berkata:”Apa yang kamu pakai kalau
sarung itu dipakai olehnya kamu tidak mempunyai apa-apa? Kemudian laki-laki itu
duduk lama lalu berdiri lagi. Rasul memanggilnya, kemudian dia menghampiri
beliau, lalu beliau berkata:”Apa yang kamu hafal dari Al-Qur’an?”. Saya hafal
surat…. Sampai ayat…..kemudian beliau berkata:”Bacalah ayat tersebut dengan
dihafal!” Beliau menjawab:”Ya Rasul”. Beliau berkata lagi:”Pergilah bersama
wanita itu, aku telah menikahkannya dengan kamu bersama maskawin bacaan
Al-Qur’an yang kamu hafal”. Dalam riwayat lain:”Pergilah dengan wanita itu!
lalu ajarkanlah dia Al-Qur’an”.
8.
Menolong ilmu
dengan menghafalnya. Jadi, orang yang hafal Al-Qur’an itu orang yang memuliakan
ilmu Al-Qur’an, maka Allah Akan meninggikan derajatnya sebagaimana orang-orang
yang berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT.:
يرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ...(المجادلة:١١)
9.
Hafal Al-Qur’an
akan menguatkan ingatan. Allah berfirman:
قال تعالى : وَاتَّقُوا
اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ )البقرة: ٢٨٢)
10. Orang yang hafal Al-Qur’an dapat dibedakan dari Akhlak dan budi
pekertinya.
11. Hafal Al-Qur’an dapat meluruskan lidah, membuat lidah fasih dalam
berbicara. karena Al-Qur’an ini kitab Allah yang paling balaghoh.
12. Menghafal Al-Qur’an itu meneladani Rasulullah SAW.
13. Meneladani Ulama salaf.
14. Hafalan Al-Qur’an akan memberikan kemudahan bagi semua orang.
15. Orang yang hafal Al-Qur’an akan diberikan kemudahan untuk mencapai
kesuksesan oleh Allah SWT.
16. Orang yang hafal Al-Qur’an itu termasuk Ahlullah (keluarga Allah).
17. Orang yang Hafal Al-Qur’an itu berhak mendapatkan kemulian dari
Allah.
18. Tidak dikatakan iri kepada orang yang hafal Al-Qur’an, akan tetapi
ghibtoh .
19. Orang yang hafal dan mempelajari Al-Qur’an itu lebih baik dari
perhiasan dunia.
20. Orang yang hafal Al-Quran yaitu orang yang paling banyak membaca
Al-Qur’an, maka otomatis banyak pahala yang ia peroleh.
21. Orang yang hafal Al-Quran selalu membacanya setiap saat.
22. Orang yang hafal Al-Quran tidak akan kesulitan untuk berbicara,
berceramah dan belajar. Karena lidahnya sudah terbiasa mengucapkan Al-Qur’an
dan selalu ada dalam hatinya.