Selasa, 24 Desember 2013

Keutamaan Menghafal Al-Qur'an








A.    Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan Al-Qur’an. Kata tahfidz merupakan bentuk masdar ghoir mim dari kata حَفَّظَ – يُحَفِّظُ - تَحْفِيْظًا yang mempunyai arti menghafalkan. Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal.
 Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara etimologi bentuknya isim masdar, diambil dari kata قَرَأَ-يَقْرَأُ-قِرَاءَةً وَقُرْأَنًأ  yang merupakan sinonim dengan kata قِرَاءَة, sesuai dengan wajan فُعْلَانٌ sebagaimana kata غُفْرَان dan kata شُكْرَان  mengandung   arti yaitu bacaan atau kumpulan. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Al-Qiyamah ayat 17 dan 18:
إِنّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿١٧﴾ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿١٨﴾
Artinya:”Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.(17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”. (18)
            Sedangkan secara terminologi Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya merupakan ibadah.
             Setelah melihat pengertian tahfidz/menghafal dan Al-Qur’an diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.
B.     Hukum Menghafal Al-Qur’an
Menurut Imam Nawawi hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardu kifayah. Termasuk hukumnya fardu kifayah, ilmu-ilmu syara’ yang mesti diperoleh oleh seorang muslim untuk menegakkan agamanya seperti menghafal Al-Qur’an. Yang dimaksud dengan fardu kifayah yaitu kewajiban yang ditujukan kepada semua mukallaf atau sebahagian dari mereka yang apabila diantara mereka (cukup sebagiannya saja) melaksanakannya maka akan menggugurkan dosa yang lainnya (yang tidak melaksanakan) dan apabila tidak ada seorangpun yang melaksanakan kewajiban tersebut maka dosanya ditanggung bersama.  .
Orang yang melaksanakan fardu kifayah itu mempunyai kelebihan tersendiri dari pada orang yang melaksanakan fardu ‘ain, karena dia menggugurkan dosa umat yang tidak melaksanakan. Imam Haramain dalam kitab Al-Giyaai mengungkapakan bahwa fardu kifayah lebih utama dari pada fardu ‘ain dilihat dari bahwa pelakunya itu menutupi dan menggugurkan dosa umat islam yang lainnya sedangkan fardu ain hanya untuk dirinya sendiri.
C.    Kiat-kiat Dalam Menghafal Al-Qur’an
10 kiat-kiat dalam menghafal Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
1.      Mempunyai niat yang benar dan ikhlas karena mengharapkan ridho Allah dalam menghafal  Al-Qur’an itu, dalam artian menghafal Al-Qur’an itu bukan karena ingin mencari popularitas/ingin terkenal atau ingin dipuji orang bahwa dia hafal Al-Qur’an. Apabila seseorang mempunyai keinginan untuk menghafal Al-Qur’an disertai dengan niat yang benar dan ikhlas maka niscaya Allah akan mem berikan pintu kemudahan baginya dalam menghafal.
Seseorang yang menghafal al-Qur’an karena riya/ingin dilihat orang lain maka tidak ada pahala baginya bahkan dia tidak akan pernah mencium baunya syurga. Sebagaimana hadits Nabi Saw yang berbunyi:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يَبْتَغِيْ بِهِ وَجْهَ اللهِ لاَيَتَعَلَّمَهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرَقَ الَجنَّةِ يَوْمَ القِيَامَةِ يَعِي رِيْحَهَا (صحيح الجامع 6159)
Artinya;” Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu karena mengharapkan kepentingan dunia bukan ikhlas karena mengharapkan ridho dari Allah mka niscaya dia tidak akan pernah menemukan baunya syurga pada hari kiamat.”
2.      Senantiasa berdoa dan bermunajat kepada Allah untuk supaya diberikan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Tidak ada seorangpun yang memberikan kekuatan dan kemudahan untuk mengahafal Al-Qur’an kecuali Allah. Ibnu Abbas pernah berkata:” kalau lah tidak Allah berikan kekuatan kepada manusia untuk dapat membaca Al-Qur’an dan menghafalnya niscaya manusia tidak akan mampu untuk membaca dan menghafalnya”. Dan ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا القُرْانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِر )القمر : ١٧)
Artinya: “Sesungguhnya kami telah meةberikan kemudahan Al-Qur’an ini untuk diingat, apakah kamu akan senantiasa mengingatnya.” 
Dengan demikian, sudah selayaknya manusia selalu bermohon/berdo’a kepada Allah yang memberikan kemudahan ketika hendak menghafal Al-Qur’an dengan penuh kekhusuan dan rasa rendah diri pada waktu-waktu yang mustajab/diijabah do’a seperti tengah malam disaat manusia terlelap tidur. Do’a tersebut dipanjatkan setelah melaksanakan shalat malam/ shalat tahajjud boleh menggunakan bahasa sendiri atau bahasa arab seperti do’a berikut ini:
اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مِنَ القُرْاَنِ مَاجَهِلْنَا وَذَكِّرْنَا مِنْهُ مَانَسِيْنَا. الَّلهُمَّ يَسِّرْلَنَا حِفْظَ كِتَابِكَ وَالْعَمَلَ بِهِ. أَسْأَلُكَ يَااللهُ يَارَحْمَن بِجَلاَلِكَ وَنُوْرِ وَجْهِكَ اَنْ تُلْزِمَ قَلْبِي حِفْظَ كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِيْ وَارْزُقْنِي اَنْ اَتْلُوَهُ عَلىَ النَّحْوِ الَّذِيْ يُرْضِيْكَ عَنِّي.
3.      Perbanyak istigfar/minta ampunan kepada Allah dari segala dosa yang telah diperbuat dan jauhilah perbuatan-perbuatan maksiat, karena inilah yang dapat menhambat seseorang dalam menghafal Al-Qur’an.
4.      Sabar dan mempunyai keinginan yang kuat untuk menghafal Al-Qur’an. Pada mulanya menghafal Al-Qur’an itu nampak sulit dan malas rasanya untuk melakukannya itu karena itulah tipu daya syaitan yang selalu berusaha menggoda manusia untuk menghidari dari perbuatan baik termasuk menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, dianjurkan bagi kita supaya terhindar dari sifat malas maka hendaklah membiasakan doa Nabi Saw sebagai berikut:
اللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الجُبْنِ وَالبُخْلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Karena menghafal Al-Qur’an ini banyak godaan dan gangguan, maka dibutuhkan kesabaran untuk senantiasa rutin dalam menghafal. Insyaallah kalau kita sabar Allah akan senantiasa memberikan kemudahan pada kita.
5.      Meluangkan waktu untuk menghafal Al-Qur’an. Sempatkan waktu untuk menghafal dan jadwalkan hari dan jam sekian saya wajib ngafal jangn digunakan untuk hal yang lain supaya pikiran kita terpusat pada satu titik yaitu menghafal Al-Qur’an.
6.      Tidak menyibukkan diri dari hal-hal yang sifatnya duniawi, dalam artian bukan berarti harus meniggalkannya tetapi jangan terlalu jadi perhatian kita.
7.      Buatlah jadwal harian untuk menambah hafalan dan mengulangnya.
8.      Dianjurkan menghafal Al-Qur’an itu pada waktu-waktu yang banyak keutamaannya atau dalam shalat-shalat sunnah seperti pada malam hari dan setelah shubuh. Bukan  berarti pada waktu-waktu lain tidak boleh akan tetapi alangkah lebih baiknya pada waktu-waktu tersebut.
9.      Ketika menghafal ini hendaklah suaranya dikeraskan, jangan sampai membacanya dalam hati atau pelan-pelan. Karena, itu akan menambah kekuatan hafalan.
10.  Membacanya dengan bacaan tartil, jangan tergesa-gesa. Hal itu juga dapat mempengaruhi kuatnya hafalan, semakin dia cepat membacanya semakin cepat juga dia lupa tetapi kalau dia membacanya dengan tartil maka hafalannya itu akan sulit untuk hilangnya.
D.    Metode Menghafal Al-Qur’an
Terlebih dahulu kamu membaca ayat yang ingin dihafal, kemudian membacanya sendiri berulang-ulang sambil melihat mushaf Al-Qur’an. setelah itu, kemudian kamu dapat memilih cara/metode menghafal berikut ini:
1.      Metode tasalsuli (menghafal secara berantai), yaitu menghafal satu halaman Al-Qur’an dengan cara menghafal satu ayat sampai hafal dengan lancar, kemudian pindah ke ayat kedua sampai benar-benar lancar, setalah itu, gabungkan ayat 1 dengan ayat 2 tanpa melihat mushaf. Jangan berpindah ke ayat selanjutnya kecuali ayat sebelumnya lancar, begitu juga seterusnya ayat ketiga sampai satu halaman, kemudian gabungkan dari ayat pertama sampai terakhir . Cara ini membutuhkan kesabaran dan sangat melelahkan karena harus banyak mengulang-ngulang setiap ayat yang sudah hafal kemudian digabungkan dengan ayat sebelumnya sehingga menguras banyak energi, tetapi akan menghasilkan hafalan yang benar-benar mantap.
2.      Metode jam’ii (menghafal secara menggabungkan), yaitu menghafal satu halaman Al-Qur’an dengan cara menghafal satu ayat sampai lancar, kemudian bepindah ke ayat kedua, setelah ayat kedua lancar berpindah ke ayat ketiga, begitu juga seterusnya sampai satu halaman. Kemudian setelah dapat mengahafal satu halaman, menggabungkan hafalan dari ayat pertama sampai terakhir tanpa melihat mushaf. Ini juga kalau mampu digabungkan satu halaman sekaligus, kalau dianggap sulit, maka dibagi dua menjadi setengah halaman dengan melihat mushaf terlebih dahulu dan setelah itu, membacanya tanpa melihat mushaf. Dan setengah yang kedua pun demikian, setelah lancar, maka gabungkan setengah pertama dan setengah kedua dengan cara dihafal.
3.      Metode muqsam (menghafal dengan cara membagi-bagi), yaitu menghafal satu halaman Al-Qur’an dengan cara membagi-bagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian itu menghafalnya secara tasalsul (mengulangi dari awal), setelah tiap-tiap bagian telah sempurna (satu halaman) dihafal, kemudian disatukan/digabungkan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya sampai seluruh bagian dapat digabungkan tanpa melihat mushaf  . Metode ini pertengahan antara metode tasalsul dan jam’ii.
      Metode yang ketiga ini dianggap yang paling mudah, tidak terlalu memberatkan seperti halnya metode tasalsuli, akan tetapi ketiga metode ini bukanlah metode yang mesti dilakukan oleh setiap orang karena setiap metode ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ini tergantung pada pribadi masing-masing mana yang dianggap bagus dan cocok diterapkan, atau bahkan keluar dari ketiga metode diatas, maka terapkanlah cara yang memberikan kemudahan dalam menghafal karena setiap orang memiliki potensi menghafal yang berbeda-beda dan memiliki keluangan waktu yang tidak sama. Tujuan dari metode itu adalah untuk mencapai hafalan yang baik.
E.     Langkah-langkah Dalam Memulai Menghafal Al-Qur’an
Adapun langkah-langkah menghafal Al-Qur’an itu adalah sabagai berikut:
1.      Mulailah dengan berwudhu dengan sempurna, kemudian shalatlah 2 rakaat, janganlah sampai melupakan kedua hal tersebut. Sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الوُضُوْءَ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَايَسْهُوْ فِيْهِمَا، غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ  مِنْ ذَنْبِهِ.
Artinya: Rasulullah SAW. bersabda:” Barangsiapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya (menyempurnakannya) kemudian dia shalat 2 rakaat , dia tidak pernah melupakan keduanya maka Allah akan mengampuni dosanya yang terdahulu”
Kemudian berdo’alah kepada Allah untuk supaya diberikan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an dan ditetapkan dihatimu.
Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ الوُضُوْءَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ بِتَمَامِهَا أَعْطَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مَاسَأَلَ مُعَجِّلًا أَوْ مُؤَخِّرًا.
Artinya:”Barangsiapa yang berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian shalat 2 rakaat dengan sempurna niscaya Allah kan memberikan (mengabulkan) do’anya(apa yang dia minta) dengan segera ataupun ditangguhkan”.
2.      Memberi batasan berapa banyak hafalan yang akan dihafal setiap hari, dan membacanya dengan seksama. Bagi orang yang hendak mengahafal Al-Qur’an maka batasi berapa ayat perhari yang mesti dihafal kemudian membacanya dengan seksama, jangan sampai ada ayat yang salah sehingga hafalannya juga tidak salah. Ketika menghafal dan mengulang- ulangnya dengan dilagamkan / dilagukan supaya tidak bosan dan hafalan cepat masuk, sebab dengan lagu akan membuat seseorang senang untuk mendengarkannya, dan dapat membantu hafalan. sebagaimana hadits Nabi:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالقُرْاَنِ                                 
Artinya:”Bukan termasuk kelompok kami orang yang tidak melagukan Al-Qur’an”.                           
3.      Janganlah berpindah ke hafalan yang baru sebelum hafalan sebelumnya lancar/hafal dengan baik.
4.      Hendaklah orang yang menghafal Al-Qur’an menggunakan satu mushaf Al-Qur’an, jangan gonta-ganti mushaf.
5.      Memberikan tanda kepada bacaan yang sering salah ketika membacanya.
6.      Mengulang-ngulang hafalan di saat kita hendak berangkat ke mesjid atau berangkat sekolah atau pulang dari pekerjaan.
7.      Bacalah Al-Qur’an yang sudah dihafal dalam shalat, khusunya ketika shalat sendiri.
8.      Bacalah terlebih dahulu hafalan yang sudah dihafal 2 kali, tanpa melihat mushaf satu kali kemudian yang kedua kalinya dengan melihat mushaf, setelah itu pindah ke hafalan baru.
9.      Bangun malam hari kemudian shalat sunnah, bacalah surah yang sudah dihafal.
10.  Jadwalkan perminggu satu hari khusus untuk mengulang-ngulang hafalan yang sudah hafal, kalau sekira hafalannya masih belum kuat.
11.  Jadwalkan setiap bulan minimal satu hari untuk mengulang hafalan.
12.  Banyaklah membaca tentang keutamaan-keutamaan membaca dan menghafal Al-Qur’an supaya hati hati kita lebih semangat dan ikhlas dalam mengahafal Al-Qur’an.
F.     Keutamaan-keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Diantara keutamaan-keutamaan dari mengahafal Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:
1.      Orang yang hafal Al-Qur’an itu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Al-Ankabut ayat 48-49:
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ ﴿٤٨﴾ بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (العنكبوت:٤٩)
Artinya:"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu). (48) Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim". ( 49)
2.      Hafal Al-Qur’an menjadi sumber keselamatan dunia dan akhirat. Hadits Nabi menjelaskan:
عن أبي الدرداء رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : (( مَنْ حَفَظَ عَشْرَ آَيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الكَهْفِ عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ )) . في رواية : ((من آخر سورة الكهف)
Artinya:”Dari Abu Darda RA. sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda:”Barangsiapa yang hafal 10 ayat awal dari surat Al-Kahfi niscaya dia akan dijaga dari  fitnah Dajjal”. Dalam riwayat lain: ( 10 akhir surat Al-Kahfi).
Ayat diatas, menjelaskan bahwa orang yang hafal 10 awal atau akhir dari surat Al-Kahfi akan diselamatkan dari fitnah yang terbesar di dunia yaitu fitnah Dajjal. Maka jelas orang yang menghafal Al-Qur’an akan selalu dijaga dan diselamatkan oleh Allah dari segala kejelekan-kejelakan manusia, Apalagi kalau sampai hafal Al-Qur’an 30 juz.
Orang hafal Al-Qur’an akan selamat dari api neraka. Sebagaimana hadits Nabi:
لَوْ جَعَلَ القُرْآَنَ فِي إِهَابٍ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ مَا احْتَرَقَ) رواه أحمد . ويقول أبو أمامة : ( اِقْرَأُوْا القرآن وَلَا تَغَرَّنَكُمْ هَذِهِ المَصَاحِفُ المُعَلَّقَةُ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ قَلْبًا وعى القرآن.
Artinya:”Seandainya Al-Qur’an ini dibuat dari kulit kemudian dilemparkan (kulit tersebut) ke dalam api neraka niscaya tidak akan terbakar”.(H.R.Ahmad) dan Abu Umamah berkata:”Bacalah Al-Qur’an dan sungguh mushaf-mushaf Al-Qur’an yang menggantung pada hatimu tidak akan menipumu, karena Allah tidak akan menyiksa hati yang tersimpan di dalamnya ayat Al-Qur’an”.
3.      Orang yang hafal Al-Qur’an itu berada di barisan paling depan/paling dahulu di dunia dan akhirat. Sebagaimana hadits Nabi SAW. yang berbunyi:
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أَقْوَامًا ، وَيَضَعُ بِهِ آَخَرِيْنَ.)
Artinya:”Dari Umar bin Khattab R A., sesungguhnya Nabi SAW. bersabda:”Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an ini, dan merendahkan yang lainnya”.
4.      Orang yang hafal Al-Qur’an itu memperoleh derajat tinggi di syurga. Sesuai hadits Nabi SAW.:
عن عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما ، قال : قال رسول الله : (( يُقَالُ لِصَاحِبِ القُرْآَنِ اِقْرَأ وَاَرَقُّ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا ، فَإِنْ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آَخِرَ آَيَةٍ تَقْرَؤُهَا ((.
Artinya:”Dari Abdullah bin ‘Amru bin Ash RA. berkata:”Rasulullah SAW. bersabda:”Dikatakan kepada orang yang hafal Al-Qur’an, bacalah Al-Qur’an! lembutkanlah!, dan bacalah dengan tartil, sebagaimna kamu melakukannya ketika di dunia, karena kedudukanmu (di akhirat) di akhir ayat yang kamu baca”.
Dalam hadits lain dijelaskan:
المَاهِرُ بِالقُرْآَنِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ القرآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ ، لَهُ أَجْرَانِ.
Artinya:”Orang yang pandai membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia (di syurga) dan orang yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata ketika membacanya, dan mengalami kesulitan maka baginya dua pahala”.
5.      Al-Qur’an akan memberikan syafaat di hari kiamat bagi orang yang membaca, menghafal dan mengamalkannya. Sebagaimana hadits Nabi:
اِقْرَأُوْا القُرْآَنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ شّفِيْعاً لِأَصْحَابِهِ.
Artinya:”Bacalah Al-Qur’an karena dia akan menjadi syafat (penolong) di hari kiamat bagi orang yang membacanya”.
6.      Orang yang hafal Al-Qur’an akan diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan kedua orang tuanya dipakaikan pakaian yang tidak ada di dunia. Dalam hadits dijelaskan:
 ... وَإِنَّ القُرْآَنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ القيامةِ – حِيْنَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرَهُ – كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ ، فَيَقُوْلُ لَهُ : هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فيقول : مَا أَعْرِفُكَ . فيقول له : هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فيقول : مَا أَعْرِفُكَ . فيقول : أَنَا صَاحِبُكَ القُرْآَنُ ، الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الهَوَاجِرِ ، وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ . وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ ، وَإِنَّكَ اليَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارّةٍ . فَيُعْطِى المُلْكَ بِيَمِيْنِهِ ، واَلخُلْدَ بِشِمَالِهِ ، وَيُوْضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الوِقَارِ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يَقُوْمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا ، فيقولان: بمِاَ كَسَيْنَا هَذِهَ ؟ فيقال : بِأَخْذِ وَلِدِكُمَا القُرْآن . ثم يقال له : اِقْرَأْ ، وَاصْعَدْ فِي دَرَجَةِ الجَنَّةِ وَغُرَفِهَا ، فَهُوَ فِي صُعُوْد مَا دَامَ يَقْرَأُ هَذَا كَانَ أَوْ تَرْتِيْلاً((
Artinya: … dan sesungguhnya Al-Qur’an akan menemui orang yang membacanya pada hari kiamat – ketika itu kuburannya dicium – seperti orang yang pucat, kemudian Al-Qur’an itu berkata kepadanya: “Apakah kamu mengenaliku?” Dia menjawab:” Aku tidak mengenalimu”. Kemudian bertanya lagi kepadanya:” Apakah kamu mengenaliku?”. Dia menejawab lagi:”Aku tidak mengenalimu”. Lalu Al-Qur’an itu berkata:”Aku temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu haus pada siang hari, dan membuatmu tidak tidur malam, dan sesungguhnya setiap pedagang di belakang dagangannya, dan hari ini kamu  berada di belakang setiap dagangan, di berikan kerajaan di sebelah kanannya, kehidupan kekal di sebelah kirinya, diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan dipakaikan kedua orang tuanya pakaian yang tidak ada di dunia. Kemudian kedua orang tuanya berkata:”Kenapa kami memakai pakaian ini?” dikatakan kepada keduanya:” Karena anakmu yang selalu mengambil Al-Qur’an untuk dibaca, dan dikatakan kepadanya:”Bacalah! Dan naiklah sampai kedudukan yang tinggi di syurga, yaitu berada diatas selama kamu membacanya dengan tartil”.
7.      Orang yang hafal Al-Qur’an menikah tanpa maskawin (maskawinnya Al-Qur’an). sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سِعْدٍ السَّاعِدِي  قَالَ : جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِيْ. فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صلىَ الله عليه وسلَم فَصَعَدَ النَّظْرَ فِيْهَا وَصَوَّبَهُ ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ فَلَمَّا رَأَتِ المَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيْهَا شَيْئًا جَلَسَتْ . فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ يَا رسولَ اللهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيْهَا . قَالَ : فَهَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَقَالَ اِذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ؟ فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ لاَ وَاللهِ مَا وَجَدْتُ شَيْئًا . فَقَاَل رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اُنْظُرْ وَلَوْ خَاتَماً مِنْ حَدِيْدٍ . فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يا رسول الله وَلَا خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ ، وَلَكِنْ هَذاَ إِزَارِيْ [قَالَ سَهَل : مَالَهُ رِدَاءٌ ] فَلَهَا نِصْفُهُ . فَقَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : وَمَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيْءٌ فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسَهُ قَامَ ؟ فَرَآهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُوَلِّيًا فَأَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ فَلَمَّا جَاءَ قَالَ : مَاذَا مَعَكَ مِنَ القُرْآَنِ ؟ قَالَ : مَعِيْ سُوْرَةُ كَذَا وَسُوْرَةُ كَذَا وَعَدَدُهَا . فقال : تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ . قَالَ : نَعَمْ. قَالَ اِذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ )) وَفِي رِوَايَةٍ ( اِذْهَبْ فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا فَعَلِّمْهَا مِنَ القُرَآن
Artinya:” Dari Sahal bin Sa’ad As-Saa’idi berkata:”Seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW. lalu dia berkata:”Ya Rasul aku datang menyerahkan diriku kepadamu, kemudian Rasul memperhatikannya, dan menaikkan pandangannya, lalu beliau menundukkan kepalanya, ketika wanita itu memperhatikan bahwa beliau tidak memutuskan apa-apa, dia langsung duduk. Kemudian berdiri seorang laki-laki dari sahabat beliau seraya berkata: apabila engkau tidak ada keinginan kepada wanita tersebut maka nikahkanlah aku dengannya! Lalu Rasul bertanya:”Apakah kamu mempunyai sesuatu (untuk maskawin)?”. Dia menjawab:”Demi Allah aku tidak punya apa-apa”. Lalu beliau menyuruh untuk pergi ke keluarganya, apakah keluarganya mempunyai sesuatu? kemudian dia pergi, tidak lam kemudian kembali dan berkata: saya tidak menemukan apa-apa. Beliau berkata: coba lihat lagi, walaupun hanya cincin besi? Lalu dia pergi lagi dan segera kembali seraya berkata: demi Allah ya Rasul tidak aku ketemukan sesuatu apapun. Tetapi aku hanya punya sarung. Sarung ini dibagi dua dengannya. Lalu beliau berkata:”Apa yang kamu pakai kalau sarung itu dipakai olehnya kamu tidak mempunyai apa-apa? Kemudian laki-laki itu duduk lama lalu berdiri lagi. Rasul memanggilnya, kemudian dia menghampiri beliau, lalu beliau berkata:”Apa yang kamu hafal dari Al-Qur’an?”. Saya hafal surat…. Sampai ayat…..kemudian beliau berkata:”Bacalah ayat tersebut dengan dihafal!” Beliau menjawab:”Ya Rasul”. Beliau berkata lagi:”Pergilah bersama wanita itu, aku telah menikahkannya dengan kamu bersama maskawin bacaan Al-Qur’an yang kamu hafal”. Dalam riwayat lain:”Pergilah dengan wanita itu! lalu ajarkanlah dia Al-Qur’an”.
8.      Menolong ilmu dengan menghafalnya. Jadi, orang yang hafal Al-Qur’an itu orang yang memuliakan ilmu Al-Qur’an, maka Allah Akan meninggikan derajatnya sebagaimana orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT.:
يرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ...(المجادلة:١١)
9.      Hafal Al-Qur’an akan menguatkan ingatan. Allah berfirman:
قال تعالى : وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ )البقرة: ٢٨٢)
10.  Orang yang hafal Al-Qur’an dapat dibedakan dari Akhlak dan budi pekertinya.
11.  Hafal Al-Qur’an dapat meluruskan lidah, membuat lidah fasih dalam berbicara. karena Al-Qur’an ini kitab Allah yang paling balaghoh.
12.  Menghafal Al-Qur’an itu meneladani Rasulullah SAW.
13.  Meneladani Ulama salaf.
14.  Hafalan Al-Qur’an akan memberikan kemudahan bagi semua orang.
15.  Orang yang hafal Al-Qur’an akan diberikan kemudahan untuk mencapai kesuksesan oleh Allah SWT.
16.  Orang yang hafal Al-Qur’an itu termasuk Ahlullah (keluarga Allah).
17.  Orang yang Hafal Al-Qur’an itu berhak mendapatkan kemulian dari Allah.
18.  Tidak dikatakan iri kepada orang yang hafal Al-Qur’an, akan tetapi ghibtoh .
19.  Orang yang hafal dan mempelajari Al-Qur’an itu lebih baik dari perhiasan dunia.
20.  Orang yang hafal Al-Quran yaitu orang yang paling banyak membaca Al-Qur’an, maka otomatis banyak pahala yang ia peroleh.
21.  Orang yang hafal Al-Quran selalu membacanya setiap saat.
22.  Orang yang hafal Al-Quran tidak akan kesulitan untuk berbicara, berceramah dan belajar. Karena lidahnya sudah terbiasa mengucapkan Al-Qur’an dan selalu ada dalam hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar